Senin, 05 November 2012

Pemberdayaan Pemuda


Pemuda Dulu dan Pemuda Sekarang :
Mempersiapkan Pemuda Masa Depan dengan Kewirausahaan dalam Rangka Pengembangan Kapasitas Individu
Oleh Syadza Alifa
Mahasiswi Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI

Bung Karno pernah mengeluarkan sebuah kalimat bijak dalam pidatonya, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Jika kita amati seksama, secara eksplisit pidato tersebut menggambarkan betapa kuatnya peran pemuda dalam pembangunan suatu bangsa. Saking kuatnya peran  pemuda hingga Bung Karno mengatakan akan mengguncangkan dunia. Mungkin kita akan bertanya kenapa bangsa sangat membutuhkan pemuda? Bukankah ada generasi tua yang sudah mengenggam kejayaan? Sesungguhnya bangsa yang maju bukan didorong oleh generasi tua yang dahulu pernah berjaya, tetapi didorong oleh generasi muda yang kreatif dan pekerja keras. Generasi tua memang berjasa dalam membangun bangsa, tetapi perjuangan mereka perlu diteruskan oleh tangan dingin para pemuda.
Masalahnya, pemuda masa kini dihadapi oleh tantangan yang lebih variatif dan menantang dibandingkan pemuda zaman dahulu. Jika dahulu pemuda didorong untuk menjadi pejuang untuk mempersatukan bangsa, mempertahankan kemerdekaan dan pembangunan awal bangsa, sekarang pemuda lebih diarahkan sebagai aset pembangunan bangsa untuk bersaing di era globalisasi sehingga mereka harus memiliki kualitas dan kapasitas yang memenuhi standar pembangunan SDM secara global.
Untuk membangun kapasitas individu terdapat empat perspektif manusia dalam pembangunan yang dapat digunakan dalam membangun individu dan lebih luasnya masyarakat. Pertama perpektif ekonomi yang memandang manusia sebagai faktor produksi dalam pembangunan, sehingga manusia yang berkualitaslah yang akan menjadi faktor produksi yang berharga. SDM diukur dari keterampilan dan keahlian individu. Oleh karena itu, pendidikan menjadi penting, karena dengan menyediakan sistem pendidikan yang memadai maka akan terbentuk manusia yang berkualitas. Kedua yaitu perspektif nilai yang memandang manusia bekerja berdasarkan nilai yang mereka miliki. Nilai ini membuat seseorang mau bekerja keras karena mereka telah berkomitmen untuk bekerja keras dan menolak kenikmatan materialistik untuk tujuan yang bersifat spiritual. Ketiga yaitu perspektif psikologis, yang memandang bahwa manusia memiliki “the need of achievement” atau kebutuhan untuk berprestasi. Artinya manusia bekerja keras bukan semata karena ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga karena adanya kepuasan batin. Dan yang keempat yaitu perspektif lingkungan yang memandang bahwa manusia dimanipulasi oleh lingkungan. Artinya lingkungan, melalui instrumen pendidikan, pengalaman kerja, dan media massa, akan membentuk manusia agar menjadi manusia modern.
Perspektif pembangunan diatas kemudian dijabarkan dalam bentuk strategi pengembangan individu yang dikemukakan oleh Prof.James Midgley, yaitu : meningkatkan fungsi dan kapasitas individu dalam relasi sosial, mendorong budaya/iklim usaha (enterprise), dan mendorong keberadaan usaha kecil dan semangat kewirausahaan. Melihat strategi yang dikemukakan Midgley, kewirausahaan memiliki peran penting dalam pengembangan kapasitas individu. Dalam Buku “Transformasi Sumber Daya Manusia” karya Sudarwan Damin, masyarakat atau lebih spesifik generasi muda masa depan yang diinginkan adalah generasi muda yang memiliki jiwa kewiraswastaan yang mampu menciptakan pekerjaan sendiri baik sebagai perintis maupun sebagai peniru kreatif generasi muda wiraswastawan (Druker, 1985). Said Reksohadiprodjo (1976) mengemukakan bahwa seorang wiraswasta adalah seorang usahawan yang disamping mampu berusaha dalam ekonomi umumnya dan niaga khususnya secara tepat guna juga berwatak merdeka lahir dan batin serta berbudi luhur. Disini terlihat jelas bahwa pemuda harus memiliki kapasitas sebagai wirausahawan untuk mempersiapkan masa depan bangsa.
Dalam buku “Transformasi Sumber Daya Manusia” juga dibahas mengenai karakteristik wiraswasta yang dibutuhkan untuk mempersiapkan masa depan bangsa yang lebih baik. Wiraswasta terbagi menjadi lima tipe pokok yaitu wiraswasta yang sok ‘captain of industry’, wiraswasta sebagai orang bisnis, wiraswasta sebagai orang uang, wiraswasta sebagai social engineer, dan wiraswasta sebagai manajer. Dari kelima tipe wiraswasta tersebut yang paling baik adalah tipe social engineering yaitu pengusaha yang berusaha mengikat pekerjanya melalui berbagai karya sosial (welfare works). Mengapa tipe ini yang terbaik? Karena tipe ini tidak hanya memikirkan keuntungan bagi usahawan semata tetapi juga memikirkan bagaimana caranya agar dapat membangun masyarakat melalui pemberdayaan melalui berbagai karya sosial.
Kewirausahaan memiliki banyak manfaat bagi pelaku usaha dan orang-orang di sekitarnya. Dengan berwirausaha, seorang pemuda akan mengembangkan kapasitas individunya agar mereka mampu berwirausaha dengan baik. Kemudian efeknya bagi masyarakat adalah wirausaha akan membuka lapangan kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran dan rakyat miskin sekaligus memberdayakan masyarakat.
Dari keseluruhan pembahasan,diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mempersiapkan pemuda yang siap bersaing di ranah global, hal yang harus diperhatikan adalah pembangunan kapasitas individu. Pembangunan kapasitas individu, seperti yang telah dijelaskan diatas, yakni melalui kewirausahaan. Kewirausahaan ini akan membantu pemuda untuk membangun kapasitas dirinya dan memberdayakan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, mari kita dorong pemuda-pemuda bangsa Indonesia untuk berwirausaha dan berkarya demi kemajuan bangsa!