ILUSTRASI PENERAPAN ILMU PSIKOLOGI BAGI
PEKERJA SOSIAL
WAWANCARA
oleh
Syadza Alifa, 1106001883
Judul : Ilustrasi Penerapan
Ilmu Psikologi bagi Pekerja Sosial
Data Publikasi : Adi, Isbandi Rukminto. 1994. “Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu
Pekerjaan
Sosial: Dasar-dasar pemikiran”. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Nicholson, Paula., Bayne, Rowan, 1984, “Applied Psychology for Social Worker”,
MacMillan, Practical Social Work.
Dalam melakukan intervensi kepada klien,
pekerja sosial harus memiliki keterampilan wawancara. Keterampilan wawancara
ini merupakan keterampilan yang didasarkan dari ilmu psikologi yang bertujuan
untuk menggali masalah dan informasi,
melakukan persuasi, dan membantu klien dalam memutuskan penyelesaian
masalahnya. Landasan dari seluruh aktivitas pelayanan manusia
adalah wawancara. Wawancara didefinisikan dan dibedakan dengan perbincangan tak
terfokus. Ini merupakan struktur dari operasionalisasi interaksi antara seorang
pekerja sosial dan seorang klien. Setiap pekerja sosial mengembangkan gaya
berwawancaranya sendiri. Interview adalah percakapan bertujuan, melibatkan
komunikasi verbal dan non-verbal antara individu disertai pertukaran idea dan
perasaan (Strean, 1978). Menurut Kadushin (1972) yang dipetik
Strean (1978) dalam interview terjadi saling mempengaruhi satu sama lain.
Wawancara dilaksanakan untuk mendapatkan data-data secara langsung
dari seseorang atau pejabat teretentu satu lembaga atau badan pemerintahan. Dalam pelaksanaannya,
wawancara memiliki dua cara yaitu bertanya langsung kepada
orang yang diwawancarai dan membuat daftar pertanyaan (kuesioner).
Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan sebelum
mengadakan wawancara adalah
1. Apabila yang akan diwawancarai termasuk orang
yang sibuk, sebelumnya harus ditanyakan, apakah ia bersedia diwawancara,
tanyakan hari, tanggal dan jam wawancara
2. Buatlah daftar pertanyaan. Tulis selama hal
yang akan ditanyakann sehingga tidak menyimpang dari masalah pokok.
3. Sediakan catatan untuk semua jawaban. Bila
perlu boleh menggunakan alat perekam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama wawancara
1. Datanglah tepat pada waktu yang telah
dijanjikan
2. Pertanyaan pembuka mulailah dengan hal yang
ringan dan bersifat umum dan jangan berbelit-belit
3. Perhatikan sikap, gaya bicara, pandangan mata,
nada dan volume suara jangan sampai member kesan tidak simpatik
4. Pertanyakan jangan terlalu panjang
5. Penanya harus pandai menyimpulkan jawaban
6. Akhirlah wawancara dengan meninggalkan kesan
yang baik bagi pihak yang kita wawancara.
1.
The nature of interviewing: implication for interviewer training
Terdapat
empat aspek dalam wawancara:
1.
wawancara yang baik melibatkan elemen yang besar dalam style per individu. Ini
berarti tidak ada yang terbaik dalam mewawancara; ini bukan merupakan aktivitas
mekanik. Proses yang berjaan baik pada satu interviewer belum tentu sama
baiknya dengan proses interview lain atau pada hari yang berbeda.
2.
Keterampilan mewawancara merupakan hal yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari, banyak percakapan yang menjadi lebih efektif ketika interview
digunakan.
3.
Perbaikan merupakan aspek utama dibandingkan dengan proses yang sempurna.
Pekerja sosial dapat melakukan berbagai perubahan dalam pola interview sehingga
untuk masa yang akan datang menambah opsi ketika menghadapi klien lain.
4. Analisis dari interview berkaitan erat dengan
proses memberi umpan balik (feedback). Memberi umpan balik merupakan salah satu
hal yang penting dilakukan dalam wawancara. Feedback mencakup didalamnya
memberikan komentar langsung kepada interviewer, kolega, pelatih, atau klien.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengeluarkan feedback yang baik
antara lain: konten mengandung sikap, bukan difokuskan pada orang yang
diinterview. Yang kedua adalah opini. Opini yang baik adalah opini
yang berasal dari perasaan dan bersifat membangun.
2. A Model of interviewing
Terminology menolong adalah hal yang sulit
untukdipecahkan namun model wawancara adalah skill yang tepat untuk memudahkan
seorang pekerja sosial dalam menyelesaikan pemecahan bagi klien. Kesulitan lain
yang dapat terjadi pada pekerja sosial adalah variasi yang banyak terjadi
ketika proses interview berjalan (Davies,1981).
Terdapat beberapa model yang dilakukan pekerja sosial
dalam melakukan proses wawancara; Pre-stage (preparation); Tiga tahap dalam
interaksi (exploration, understanding, and action) dan After stage (keeping
a record) tahapan ketika seorang
pekerja sosial melakukan sebuah wawancara dalam memudahkan pekerjaannya antara
lain:
1. Pre-stage (persiapan)
Tahap pertama yaitu persiapan termasuk di dalamnya adalah
mempersiapkan ketersediaan waktu, apa yang diharapkan untuk diraih pada akhir
proses wawancara, struktur yang dibangun ketika melakukan proses wawancara, dan
informasi apa saja yang berguna untuk memperkaya topic pembicaraan ketika
mewawancarai seseorang.
Hal utama yang harus diperhatikan adalah persiapan dalam
memusatkan pikiran pekerja sosial sehingga terhindar dari gangguan (distraction)
. latihan melakukan relaksasi adalah pendekatan yang dapat dilakukan untuk
membuat pikiran menjadi jernih dan tenang. Relaksasi berkaitan dengan pernafasan sehingga
latihan pernafasan merupakan salah satu aspek yang perlu dilakukan untuk
menyokong keberhasilan tahap persiapan. Pada masa persiapan diharapkan seorang
pekerja sosial mengkondisikan diri mereka dengan cara apapun agar ia merasa
nyaman dan tenang sebelum menghadapi klien dan membantu mereka. Pikiran yang
tenang dapat memproduksi kata dan sikap yang baik dan berkualitas ketika proses
interview berlangsung.
a.
The interview itself: agreeing a contract
Setelah
bertemu dengan klien, hal selanjutnya yang dilakukan adalam menyetujui kontrak.
Kontrak berisi statement yang dinyatakan oleh seorang pekerja sosial kepada
kliennya mengenai hal apa yang akan dibahas dan durasi waktu pembahasan
masalah. Sebagai contoh: “Aku ingin mencari tahu mengenai hubungan
anda dengan anak anda. Kita memiliki wakti 30 menit untuk membahasnya. Saya
akan membutuhkan catatan mengenai hal yang anda utarakan dan jelas ini akan
menjadi dokumen rahasia. Apakah tidak masalah?” atau seorang pekerja sosial
juga dapat mengatakan: “Apa yang membuat anda datang dan bertemu saya?” lalu
menunggu jawaban dari klien. Interviewer
dan klien harus saling menyetujui kontar sebelum melanjutkan proses interview.
Pada tahap ini dapat juga menggali ekspektasi apa yang diharapkan klien pada
proses interview yang akan berlangsung setelah proses wawancara.Ekspektasi juga
dapat mempengaruhi first impression: klien yang datang dengan marah
mungkin saja dapat menginterpretasikan perilaku yang dikeluarkan pekerja sosial
sebagai peghinaan atau kritikan.Agreeing (persetujuan) kontrak juga
membantu klien secara tidak sadar menunjukkan persiapan dan lebih jelas
(Kadustin, 1972)
Menyetujui
kontrak adalah salah satu keterampilan, dan dapat mempengaruhi keterampilan
lain dari model wawancara ini. Group pertama diorganisasikan sebagai tahap 1
keterampilan mengeksplorasi atau menolong klien untuk mengungkapkan masalahnya.
Tahap 2.a: exploration
Logika dari tahap eksplorasi sederhana, dalam Egan (1982)
tahap 1 perlahan secara perlahan mengarah kepada penyelesaian masalah. Tujuan dari mengeksplorasi
masalah adalah menghasilkan sikap yang efektif sehingga membangun hubugan yang
efektif.
Semua
tahap keterampilan pertama , bertujuan untuk membantu klien meninjau apa yang
ingin mereka katakan, dan apa yang mereka rasakan, tentang kesulitan dalam
kehidupan mereka (walaupun keterampilan yang sama juga digunakan untuk meninjau
hal-hal yang menyenangkan) peninjauan terdapat pada dua hal:
·
Membantu pewawancara menjelaskan yaitu
mendapatkan informasi yang berkualitas
·
Lebih
berkonsisten pada prinsip ketetapan tekad diri
Dugaan adalah bahwa orang
sangatlah jarang mengatakan sesuatu
secara langsung, atau mengatakan apa yang mereka maksud pertama kali.
Contohnya: ‘Saya melewati hari yang berat’ ataupun kalimat ‘saya ingin
sendirian’.
Tahap ini bermaksud untuk menjelaskan penyataan. Hal ini
dicapai dengan dua keterampilan utama, atau kelompok keterampilan yaitu
menghadiri dan mendengarkan aktif. Banyak perbincangan yang dilakukan
sehari-hari hanyalah semacam tabir asap saja: orang sering memaksa diri mereka
sendiri untuk mendorong ekspresi yang lebih bijaksana. Selain itu, orang juga
lebih dekat dengan diri mereka sendiri, pikiran dan perasaan mereka yang
sesungguhnya, dengan mengungkapkan bagian dari diri mereka sendiri kepada orang
lain. (jourard, 1971)
Keterampilan
dalam eksplorasi :
- Mendengar
aktif : yaitu dimana pewawancara membantu klien mengetahui apa yang mereka
maksud dengan berusaha untuk menjelaskan apa yang tampaknya telah mereka katakan dan
dengan mendorong mereka. Dalam model ini keterampilan yang digunakan
adalahmenghadiri, mengajukan pertanyaan terbuka, refleksi , menguraikan
dengan kata lain, meringkas, diam, penuh dorongan konkrit. Masing” akan
dibahas secara bergantian.
- Hadir : Menghadiri
adalah memberikan "pesan" non-verbal yang cukup sederhana yaitu Melihat klien, tapi tidak menatap:
bersikap cukup santai, sambil mengangguk, tersenyum (jika semestinya),
tidak mengganggu, tidak gelisah. Dan ini sebagian internal: menghindari
gangguan, dan berkonsentrasi (sejak sekarang latihan relaksasi).
- Mengajukan pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka dapat mengundang klien untuk berbicara
panjang lebar jika dia ingin
,misalnya saja "tolong Ceritakan tentang X
'," apa yang terjadi dengan...
"," mmm ... ".
Namun, mungkin ada juga hal yang kurang jelas dan
kita dapat mengajukan pertanyaan
seperti " dalam cara apa.... ?" dan “bisakah
Anda katakan bagaimana....?”. Mereka
mendorong klien untuk dapat memberikan gambaran sehingga dengan demikian
pewawancara dapat mengurangi pembuat keputusan pada
informasi yang tidak memadai.
- Pertanyaan tertutup , pernyataan ini di sisi lain
cenderung dijawab dengan satu kata,
misalnya saja "Kamu suka dia?". Ini
merupakan hal yang umum dalam percakapan
sehari-hari tetapi tidak memiliki efek ,karena tidak memenuhi aturan dalam
"membuat percakapan". Dalam sebuah wawancara ada aturan yang berbeda,
dan serangkaian pertanyaan tertutup akan terdengar seperti interogasi, dengan
informasi mungkin lebih ditinggalkan, dan lebih sedikit kesempatan untuk
berkomunikasi sosial secara benar. Pewawancara pada dasarnya mengatakan ,
"saya tahu apa yang penting dan relevan. Saya akan mengajukan pertanyaan.
Saya akan datang dengan solusi ", ketika kedua pewawancara dan klien
harus aktif bekerja pada suatu masalah. Namun, pertanyaan tertutup sangat
sesuai untuk memeriksa beberapa informasi, misalnya "apakah itu dua
atau tiga bulan lalu?".
Kebanyakan pewawancara mengajukan pertanyaan yang terlalu banyak,
dan kategori berikut (plus "terbuka" dan "tertutup") Disini
dengan mengurangi jumlah pertanyaan yang diajukan, tidak mengintimidasi klien
dan dengan pertanyaan yang lebih efektif serta lihat juga Payne (1951),
Kadushin (1972) atau Oppenheim (1966) untuk contoh perbedaan besar dalam
variasi yang agak sederhana untuk pembuatan kata-kata).
dapat meningkatkan tingkat kemudahan dalam mengeksplor
informasi dari klien.
5.
Refleksi dapat dilihat sebagai bentuk pertanyaan terbuka. Pewawancara
mengulangi
kata atau
frase yang klien telah digunakan, menyiratkan
"bercerita lebih banyak tentang
.... " itu juga menunjukkan bahwa ia mendengarkan.
Apa yang disebut refleksi tertunda
refleksi tertunda adalah sebuah variasi menarik. Para
pewawancara akan mengingat
sebuah frase atau kata yang digunakan orang sebelumnya,
dan mengikat dalam dengan
sesuatu yang mereka telah katakan. Dalam hal ini
keterampilan seperti 'lelucon' adalah
contoh yang baik.
6. Parafrase (mengulang/ menguraikan dengan kata
lain) biasanya lebih singkat dari apa
yang klien katakan. Ada dua jenis parafrase yaitu kognitif dan afektif.
Parafrase kognitif yang cukup umum dalam kehidupan sehari-hari contohnya "Maksud anda bahwa ... “.
Parafrase afektif merupakan hal yang
sama pentingnya , walaupun kurang umum. Parafrase ini umumnya mereka mengambil sebuah pernyataan atau
perasaan yang tersirat jelas dan mengembalikannya ke klien, misalnya saja "Anda
benar-benar menikmati ... “.
Tujuan parafrase adalah untuk memeriksa bahwa mereka
merasakan dan melihat hal-hal dengan
cara diatas dan untuk mengundang
eksplorasi lebih lanjut jika klien mengharapkan sesuatu, dan untuk menunjukkan
Anda agar mendengarkan dan tertarik
kepadanya, daripada mengambil arah baru, menawarkan pendapat, mencoba untuk
memecahkan masalah mereka. Parafrase juga tes praktik kehadiran. Sebuah aspek
menarik dari parafrase adalah sulit untuk memalsukan parafrase agar klien mau
mengatakan “ya, itu tepat, itulah
yang saya rasakan”, dan
memiliki pewawancara yang memahami itu juga. Itu lebih sulit dibanding
pewawancara yang mengatakan “ya, saya tau apa yang Anda maksud “, atau” saya
mengerti”.
Cara lain untuk melihat parafrase dan keterampilan lain
dari mendengarkan aktif adalah dengan membandingkannya dengan respon jenis
laindimana pada dasarnya, untuk mendefinisikan mereka secara negatif. Misalnya,
bahwa seseorang mengatakan'saya merasa begitu tidak memadai', kemudian
berikut ini adalah contoh tidak mendengar aktif:
1. Untuk bergerak cepat ke topik lain.
2. Untuk mengatakan 'omong kosong', atau 'Anda tidak benar-benar bermaksud
seperti itu.
3. Untuk menawarkan nasihat misalnya
"jika saya adalah anda” dsb.
8. Diam.
Pewawancara kadang-kadang takut keheningan dan buru-buru untuk mengisi
kesenjangan. umumnya lebih terampil untuk menunggu, dan mencoba untuk
menganalisis (dalam keheningan) alasan mengapa klien telah berhenti berbicara,
misalnya: karena tidak ada lagi yang ingin mereka katakan tentang topik
tertentu, untuk mengatur pikiran mereka, untuk mengingat sesuatu, karena mereka
marah
Tahap 2.b : pemahaman
Tahap ini
kemudian dimulai dengan salah satu masalah klien, salah satu yang relevan
dengan keahlian pekerja sosial, yang diinginkan klien untuk bekerja padanya,
dan mungkin dapat pekerjaan yang berguna. keterampilan wawancara dari tahap ini
adalah harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. berempati lebih dalam
2. pengungkapan/keterbukaan diri sendiri
3. memberikan informasi
·
Penyingkapan
Diri
Dengan semua kemampuan , self-disclosure mengatakan sesuatu
tentang satu ' hidup atau negara sendiri curent digunakan ketika seemes mungkin
untuk membantu klien
·
Memberikan
Informasi
Bagi pewawancara, memberikan informasi adalah kemampuan
tahap 2, karena klien sangat menyukai untuk menyetujui ataupun mempertimbangkan
penyetujuan tersebut setelah tingkat 1 berhasil. Informasi yang diberikan harus
bersangkut-paut. Sebuah logika yang dipergunakan untuk menawarkan nasihat,
haruslah terlebih dahulu memiliki prinsip yang bagus dan kembangkan pikiran
klien tentang solusi pertama yang sangat mungkin. Memberikan nasihat adalah hal
yang tidak pantas saat keputusan besar yang akan dibuat.
Menggunakan Tahap 1 dan 2
Hanya sebagai
sebuah keberhasilan tahap 1 tersebut cukup untuk beberapa klien untuk merespon
secara lebih efektif untuk masalah , jadi langkah 2 adalah langkah yang cukup
untuk orang lain. Untuk memberikan tekanan dari arti keberhasilan tahap 1 dan
2, keterampilan juga dapat dijelaskan dalam tiga kualitas personal :
penerimaan, empati dan kesungguhan. Mereka berpikir , menjadi sangat penting
dalam wawancara dan terapi dalam hubungan timbal-balik pada umumnya , dan
dibahas di bawah berbagai macam nama. Keterampilan dalam tahap 1 dan tahap 2
menyampaikan tentang kualitas sebagai penegasan.
Penerimaan
merupakan kombinasi dari menjaga perasaan dan pikiran anda sendiri dari jalan
klien sampai mereka tampak sesuai , memeriksa yang anda semua pahami , dan
membantu klien untuk mengeksplorasi lebih lanjut . Jadi, penerimaan itu
bukanlah menilai , memuji , memaafkan atau mengkritik. Itu adalah mengakui
perasaan, baik dinyatakan atau tersirat langsung, dan berfokus pada klien dari:
·
Masalah
·
aspek klien yang Anda temukan menarik
atau relevan, atau
·
kemungkinan
solusi.
Penerimaan adalah ide yang agak bagus tetapi bisa menjadi
sulit untuk berkomunikasi. 2 poin yang dapat membantu adalah :
·
itu
adalah keterampilan yang sangat kuat dimana dapat membantu seorang klien
menjadi kurang tegang, terbuka dan lebih percaya diri.
·
Jika
penglihatan dan reaksi klien tersebut berbeda dari anda, itu dapat menjadi
menarik dan sangat membantu untuk si pewawancara. Sebagai contoh, menaikan
tingkat kesadaran si klien.
Empati adalah memperlihatkan reaksi dari poin-poin apa saja
yang sudah didapatkandari klien. Empati merupakan penerimaan tambahan. Hal yang
harus diingat adalah bahwa persetujuan dengan klien itu tidak harus dinyatakan
secara langsung. 1 cara dalam
menyampaikan sebuah kekurangan dalam kesungguhan adalah dengan berlaku ke yang
lain dengan 2 kualitas, yaitu :
·
Penerimaan
·
Empati
Cara lain yang lebih formal atau untuk menekankan peranannya
misalnya pekerja sosial, pemuda yang cerdas, dan penolong. Penerimaan, empati
dan kesungguhan adalah 3 tahap poin yang penting dalam model tersebut.