Sabtu, 09 Juni 2012

Gangguan Psikologis


GANGGUAN PSIKOLOGIS
oleh Syadza Alifa, 1106001883

Gangguan psikologis merupakan gangguan yang  sering tidak disadari oleh penderitanya. Adakalanya seseorang merasa enggan untuk mengakui bahwa dirinya memiliki gangguan psikologis yang dimana penanganannya memerlukan bantuan seorang psikolog atau psikiater. Ada banyak orang yang telah mengalami penderitaan fisik yang diakibatkan oleh gangguan psikologi yang dialaminya.
Orang-orang yang mengalami gangguan psikologis sering menunjukkan perilaku abnormal. Perilaku abnormal (abnormal behavior) bagi para ahli seringkali disebut dengan gangguan perilaku (behavior disorder), atau ada juga yang menyebutnya lagi dengan mental ilness(Morgan dkk, 1984). Untuk mendefinisikan abnormalitas tersebut, Atkinson dkk. (1992) mencoba membandingkannya antara perilaku abnormal dengan perilaku normal. Oleh karena itu cara mendefinisikannya dapat dilakukan dengan beberapa cara. Beberapa cara untuk mendefinisikan perilaku abnormal antara lain adalah :
Penyimpangan Dari Norma Statistik                                                                                   
Kata abnormal dapat berarti ’di luar normal”. Definisi Abnormalitas didasarkan kepada     penyimpangan kurve normal dalam statistik. Penedinisian ini barangkali menjadi lemah, karena bagi orang yang cerdas atau sangat gembira akan dapat digolongkan sebagai abnormal.
Penyimpangan Dari Norma Sosial
Setiap masyarakat memiliki patokan tertentu : Untuk perilaku yang dapat diterima ataupun perilaku yang menyimpang (abnormal). Perilaku yang dianggap normal oleh suatu masyarakat bisa jadi dianggap abnormal oleh masyarakat lain. . Misalnya, perilaku poliandri. 
Perilaku Maladaptif
Perilaku abnormal berdasarkan hal-hal yang menyimpang, baik secara statistik maupun norma sosial. Kriteria terpenting adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada peribadi seseorang/ atau kelompok. Oleh karena itu, perilaku abnormal kemudian disebut perilaku maladaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dngan keadaan), yang memilki dampak yang merugikan dan membahayakan orang lain atau masyarakat. 
Kesusahan Pribadi 
Kriteria keempat untuk menilai abnormalitas adalah dari sudut pandang subjektif seseorang dan bukannya perilaku orang tersebut. Umumnya orang yang didiagnosis menderita ”sakit jiwa” mengalami penderitaan batin yang akut ; selalu khwatir, batinnya menderita, gelisah, tidak dapat tidur, nafsu makan hilang, mengalami berbagai macam rasa sakit dan nyeri. Terkadang penderitaan batin merupakan gejala abnormalitas, dimana perilaku penderita tampak normal-normal saja bagi orang awam. 


Neurosis dan Psikosis
Neurosis atau gangguan jiwa adalah gejala yang umum yang dialami oleh manusia pada taraf tertentu, ditandai dengan stress, kecemasan, kesedihan, atau gangguan maladaptif lain yang pada tingkat tertentu perlu di rumahsakitkan. Psikosis meliputi gangguan yang lebih serius. Perilaku dan proses berpikir individu sudah mengalami gangguan sedmikian rupa, sehingga sudah tidak ada lagi kontak dengan realitas. Individu juga tidak dapat berfungsi di masyarakat. Oleh karena itu, penderita tersebut perlu di rumahsakitkan.
Setelah mendefinisikan perilaku abnormal, perilaku abnormal pun dapat digolongkan menjadi empat berdasarkan sifatnya :
(1) yang bersifat akut dan sementara, yang disebabkan oleh peristiwa yang penuh dengan stress
(2) yang bersifat kronis dan selama-lamanya ;
(3) yang disebabkan oleh penyakit atau kerusakan pada sistem syaraf ;
(4) yang merupakan akibat dari lingkungan sosial yang tidak menguntungkan dan / atau  pengalaman.
Untuk lebih memahami gangguan psikologis, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk membahas gangguan psikologis, yaitu : pendekatan biologis, pendekatan psikologis dan sosial budaya serta pendekatan interaksionisme.
·         Pendekatan Biologis
Pendekatan Biologis percaya bahwa tingkah laku abnormal disebabkan ketidakberfungsian secara fisik. Model medis (medical model) sering disebut juga dengan model penyakit, model ini merupakan pelopor dari pendekatan biologis, model medis menyatakan bahwa abnormalitas adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai penyebab dari dalam tubuh. Dari pandangan ini abnormalitas disebut sebagai penyakit mental, dan individu yang mengalaminya disebut sebagai pasien dirumah sakit dan ditangani oleh dokter.
·         Pendekatan Psikologis dan Sosial Budaya
Walaupun pendekatan biologis memberikan perspektif yang penting dalam memahami tingkah laku abnormal, banyak psikolog yang percaya bahwa pendekatan biologis kurang memperhatikan pentingnya faktor-faktor psikologis dan sosial budaya dalam tingkah laku abnormal.ketidakstabilan emosional, pembelajaran yang salah pemikiran yang kacau, hubungan dengan orang lain yang tidak berarti lebih menjadi perhatian pendekatan psikologis dan sosial-budaya.
·         Pendekatan Interaksionisme
Normalitas atau abnormalitas tingkah laku tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan kompleksitas individu dan banyaknya hal yang mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku abnormal dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis dan faktor sosial budaya. Ketiga faktor ini saling berinteraksi dalam memunculkan tingkah laku abnormal.           
Dalam psikologi, terdapat cabang ilmu yang khusus untuk mempelajari gangguan psikologis atau perilaku abnormal yaitu psikologi abnormal. Psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya.  Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi terhadap gangguan mental (atau psikologis). 
Untuk memahami perilaku abnormal, psikolog menggunakan acuan DSM (Diagnostic and statistical manual of mental disorder).  DSM adalah sistem klasifikasi gangguan-gangguan mental yang paling luas diterima.  DSM menggunakan kriteria diagnostic spesifik untuk mengelompokkan pola-pola perilaku abnormal yang mempunyai ciri-ciri klinis yang sama dan suatu sistem evaluasi yang multiaksiel. Sistem DSM terdiri dari dari 5 klasifikasi yang juga mempunyai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan utama. Penilaian perilaku abnormal dapat ditelaah menggunakan berbagai cara (metode) salah satunya metode-metode assessment yang harus reliabel dan valid yang dapat diukur melalui beberapa cara yang tetap memperhitungkan faktor-faktor budaya dan etnik yang juga penting untuk dilakukan. Metode-metode tetap assessment meliputi wawancara klinis, tes psikologi, assessment neuropsikologis, behavioral assessment dan assessment kognitif. Selain itu para peneliti dan klinisi penting unuk mempelajari fungsi fisiologis yang akan mengungkap bagaimana bekerjanya otak dan struktur dari otak.
Daftar Pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_Abnormal tanggal 13 Mei 2012 pukul 22.39
http://lczzz.blogspot.com/2009/10/abnormal.html tanggal 13 Mei 2012 pukul 22.41




Penerapan Psikologi bagi Pekerjaan Sosial


ILUSTRASI PENERAPAN ILMU PSIKOLOGI BAGI PEKERJA SOSIAL
WAWANCARA
oleh Syadza Alifa, 1106001883

Judul                      : Ilustrasi Penerapan Ilmu Psikologi bagi Pekerja Sosial
Data Publikasi : Adi, Isbandi Rukminto. 1994. “Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu
                                               Pekerjaan Sosial: Dasar-dasar pemikiran”. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Nicholson, Paula., Bayne, Rowan, 1984, “Applied Psychology for Social Worker”, MacMillan, Practical Social Work.
http://kesos.unpad.ac.id/?p=472 tanggal 22 Mei 2012 pukul 06.26

Dalam melakukan intervensi kepada klien, pekerja sosial harus memiliki keterampilan wawancara. Keterampilan wawancara ini merupakan keterampilan yang didasarkan dari ilmu psikologi yang bertujuan untuk menggali masalah dan informasi, melakukan persuasi, dan membantu klien dalam memutuskan penyelesaian masalahnya. Landasan dari seluruh aktivitas pelayanan manusia adalah wawancara. Wawancara didefinisikan dan dibedakan dengan perbincangan tak terfokus. Ini merupakan struktur dari operasionalisasi interaksi antara seorang pekerja sosial dan seorang klien. Setiap pekerja sosial mengembangkan gaya berwawancaranya sendiri. Interview adalah percakapan bertujuan, melibatkan komunikasi verbal dan non-verbal antara individu disertai pertukaran idea dan perasaan (Strean, 1978).  Menurut Kadushin (1972) yang dipetik Strean (1978) dalam interview terjadi saling mempengaruhi satu sama lain.
Wawancara dilaksanakan untuk mendapatkan data-data secara langsung dari seseorang atau pejabat teretentu satu lembaga atau badan pemerintahan. Dalam pelaksanaannya, wawancara memiliki dua cara yaitu bertanya langsung kepada orang yang diwawancarai dan membuat daftar pertanyaan (kuesioner). 
Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan sebelum mengadakan wawancara adalah 
1. Apabila yang akan diwawancarai termasuk orang yang sibuk, sebelumnya harus ditanyakan, apakah ia bersedia diwawancara, tanyakan hari, tanggal dan jam wawancara 
2. Buatlah daftar pertanyaan. Tulis selama hal yang akan ditanyakann sehingga tidak menyimpang dari masalah pokok. 
3. Sediakan catatan untuk semua jawaban. Bila perlu boleh menggunakan alat perekam. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama wawancara 
1. Datanglah tepat pada waktu yang telah dijanjikan
2. Pertanyaan pembuka mulailah dengan hal yang ringan dan bersifat umum dan jangan berbelit-belit
3. Perhatikan sikap, gaya bicara, pandangan mata, nada dan volume suara jangan sampai member kesan tidak simpatik 
4. Pertanyakan jangan terlalu panjang
5. Penanya harus pandai menyimpulkan jawaban
6. Akhirlah wawancara dengan meninggalkan kesan yang baik bagi pihak yang kita wawancara. 
1. The nature of interviewing: implication for interviewer training
Terdapat empat aspek dalam wawancara:
1. wawancara yang baik melibatkan elemen yang besar dalam style per individu. Ini berarti tidak ada yang terbaik dalam mewawancara; ini bukan merupakan aktivitas mekanik. Proses yang berjaan baik pada satu interviewer belum tentu sama baiknya dengan proses interview lain atau pada hari yang berbeda.
2. Keterampilan mewawancara merupakan hal yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, banyak percakapan yang menjadi lebih efektif ketika interview digunakan.
3. Perbaikan merupakan aspek utama dibandingkan dengan proses yang sempurna. Pekerja sosial dapat melakukan berbagai perubahan dalam pola interview sehingga untuk masa yang akan datang menambah opsi ketika menghadapi klien lain.
4.  Analisis dari interview berkaitan erat dengan proses memberi umpan balik (feedback). Memberi umpan balik merupakan salah satu hal yang penting dilakukan dalam wawancara. Feedback mencakup didalamnya memberikan komentar langsung kepada interviewer, kolega, pelatih, atau klien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengeluarkan feedback yang baik antara lain: konten mengandung sikap, bukan difokuskan pada orang yang diinterview. Yang kedua adalah opini. Opini yang baik adalah opini yang berasal dari perasaan dan bersifat membangun.
2. A Model of interviewing
Terminology menolong adalah hal yang sulit untukdipecahkan namun model wawancara adalah skill yang tepat untuk memudahkan seorang pekerja sosial dalam menyelesaikan pemecahan bagi klien. Kesulitan lain yang dapat terjadi pada pekerja sosial adalah variasi yang banyak terjadi ketika proses interview berjalan (Davies,1981).
Terdapat beberapa model yang dilakukan pekerja sosial dalam melakukan proses wawancara; Pre-stage (preparation); Tiga tahap dalam interaksi (exploration, understanding, and action) dan After stage (keeping a record)  tahapan ketika seorang pekerja sosial melakukan sebuah wawancara dalam memudahkan pekerjaannya antara lain:
1. Pre-stage (persiapan)
Tahap pertama yaitu persiapan termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan ketersediaan waktu, apa yang diharapkan untuk diraih pada akhir proses wawancara, struktur yang dibangun ketika melakukan proses wawancara, dan informasi apa saja yang berguna untuk memperkaya topic pembicaraan ketika mewawancarai seseorang.
Hal utama yang harus diperhatikan adalah persiapan dalam memusatkan pikiran pekerja sosial sehingga terhindar dari gangguan (distraction) . latihan melakukan relaksasi adalah pendekatan yang dapat dilakukan untuk membuat pikiran menjadi jernih dan tenang.  Relaksasi berkaitan dengan pernafasan sehingga latihan pernafasan merupakan salah satu aspek yang perlu dilakukan untuk menyokong keberhasilan tahap persiapan. Pada masa persiapan diharapkan seorang pekerja sosial mengkondisikan diri mereka dengan cara apapun agar ia merasa nyaman dan tenang sebelum menghadapi klien dan membantu mereka. Pikiran yang tenang dapat memproduksi kata dan sikap yang baik dan berkualitas ketika proses interview berlangsung.
a. The interview itself: agreeing a contract
Setelah bertemu dengan klien, hal selanjutnya yang dilakukan adalam menyetujui kontrak. Kontrak berisi statement yang dinyatakan oleh seorang pekerja sosial kepada kliennya mengenai hal apa yang akan dibahas dan durasi waktu pembahasan masalah. Sebagai contoh: “Aku ingin mencari tahu mengenai hubungan anda dengan anak anda. Kita memiliki wakti 30 menit untuk membahasnya. Saya akan membutuhkan catatan mengenai hal yang anda utarakan dan jelas ini akan menjadi dokumen rahasia. Apakah tidak masalah?” atau seorang pekerja sosial juga dapat mengatakan: “Apa yang membuat anda datang dan bertemu saya?” lalu menunggu jawaban dari klien. Interviewer dan klien harus saling menyetujui kontar sebelum melanjutkan proses interview. Pada tahap ini dapat juga menggali ekspektasi apa yang diharapkan klien pada proses interview yang akan berlangsung setelah proses wawancara.Ekspektasi juga dapat mempengaruhi first impression: klien yang datang dengan marah mungkin saja dapat menginterpretasikan perilaku yang dikeluarkan pekerja sosial sebagai peghinaan atau kritikan.Agreeing (persetujuan) kontrak juga membantu klien secara tidak sadar menunjukkan persiapan dan lebih jelas (Kadustin, 1972)
Menyetujui kontrak adalah salah satu keterampilan, dan dapat mempengaruhi keterampilan lain dari model wawancara ini. Group pertama diorganisasikan sebagai tahap 1 keterampilan mengeksplorasi atau menolong klien untuk mengungkapkan masalahnya.
Tahap 2.a: exploration
Logika dari tahap eksplorasi sederhana, dalam Egan (1982) tahap 1 perlahan secara perlahan mengarah kepada penyelesaian masalah. Tujuan dari mengeksplorasi masalah adalah menghasilkan sikap yang efektif sehingga membangun hubugan yang efektif.
Semua tahap keterampilan pertama , bertujuan untuk membantu klien meninjau apa yang ingin mereka katakan, dan apa yang mereka rasakan, tentang kesulitan dalam kehidupan mereka (walaupun keterampilan yang sama juga digunakan untuk meninjau hal-hal yang menyenangkan) peninjauan terdapat pada dua hal:

·         Membantu pewawancara menjelaskan yaitu mendapatkan informasi yang berkualitas
·         Lebih  berkonsisten pada prinsip ketetapan tekad diri

                Dugaan adalah bahwa orang sangatlah  jarang mengatakan sesuatu secara langsung, atau mengatakan apa yang mereka maksud pertama kali. Contohnya: ‘Saya melewati hari yang berat’ ataupun kalimat ‘saya ingin sendirian’.
Tahap ini bermaksud untuk menjelaskan penyataan. Hal ini dicapai dengan dua keterampilan utama, atau kelompok keterampilan yaitu menghadiri dan mendengarkan aktif. Banyak perbincangan yang dilakukan sehari-hari hanyalah semacam tabir asap saja: orang sering memaksa diri mereka sendiri untuk mendorong ekspresi yang lebih bijaksana. Selain itu, orang juga lebih dekat dengan diri mereka sendiri, pikiran dan perasaan mereka yang sesungguhnya, dengan mengungkapkan bagian dari diri mereka sendiri kepada orang lain. (jourard, 1971)
Keterampilan dalam eksplorasi :
  1. Mendengar aktif : yaitu dimana pewawancara membantu klien mengetahui apa yang mereka maksud dengan berusaha untuk menjelaskan apa yang  tampaknya telah mereka katakan dan dengan mendorong mereka. Dalam model ini keterampilan yang digunakan adalahmenghadiri, mengajukan pertanyaan terbuka, refleksi , menguraikan dengan kata lain, meringkas, diam, penuh dorongan konkrit. Masing” akan dibahas secara bergantian.
  2. Hadir : Menghadiri adalah memberikan "pesan" non-verbal yang cukup sederhana yaitu Melihat klien, tapi tidak menatap: bersikap cukup santai, sambil mengangguk, tersenyum (jika semestinya), tidak mengganggu, tidak gelisah. Dan ini sebagian internal: menghindari gangguan, dan berkonsentrasi (sejak sekarang latihan relaksasi).
  3. Mengajukan pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka dapat mengundang klien untuk berbicara panjang lebar jika dia ingin
,misalnya saja "tolong Ceritakan tentang X '," apa yang terjadi dengan...  "," mmm ... ".
Namun, mungkin ada juga hal yang kurang jelas dan kita dapat mengajukan pertanyaan
seperti " dalam cara apa.... ?" dan “bisakah Anda katakan bagaimana....?”. Mereka
mendorong klien untuk dapat  memberikan gambaran sehingga dengan demikian
pewawancara dapat mengurangi pembuat keputusan pada informasi yang tidak memadai.
  1. Pertanyaan tertutup , pernyataan ini di sisi lain cenderung dijawab dengan satu kata,
misalnya saja  "Kamu suka dia?". Ini merupakan hal  yang umum dalam percakapan sehari-hari tetapi tidak memiliki efek ,karena tidak memenuhi aturan dalam "membuat percakapan". Dalam sebuah wawancara ada aturan yang berbeda, dan serangkaian pertanyaan tertutup akan terdengar seperti interogasi, dengan informasi mungkin lebih ditinggalkan, dan lebih sedikit kesempatan untuk berkomunikasi sosial secara benar. Pewawancara pada dasarnya mengatakan , "saya tahu apa yang penting dan relevan. Saya akan mengajukan pertanyaan. Saya akan datang dengan solusi ", ketika kedua pewawancara dan klien harus aktif bekerja pada suatu masalah. Namun, pertanyaan tertutup sangat sesuai untuk memeriksa beberapa informasi, misalnya "apakah itu dua atau tiga bulan lalu?".

Kebanyakan pewawancara  mengajukan pertanyaan yang terlalu banyak, dan kategori berikut (plus "terbuka" dan "tertutup") Disini dengan mengurangi jumlah pertanyaan yang diajukan, tidak mengintimidasi klien dan dengan pertanyaan yang lebih efektif serta lihat juga Payne (1951), Kadushin (1972) atau Oppenheim (1966) untuk contoh perbedaan besar dalam variasi yang agak sederhana untuk pembuatan kata-kata).
dapat meningkatkan tingkat kemudahan dalam mengeksplor informasi dari klien.

5. Refleksi dapat dilihat sebagai bentuk pertanyaan terbuka. Pewawancara mengulangi
kata atau frase yang klien telah digunakan, menyiratkan   "bercerita lebih banyak tentang
.... " itu juga menunjukkan bahwa ia mendengarkan. Apa yang disebut refleksi tertunda
refleksi tertunda adalah sebuah variasi menarik. Para pewawancara akan mengingat
sebuah frase atau kata yang digunakan orang sebelumnya, dan mengikat dalam dengan
sesuatu yang mereka telah katakan. Dalam hal ini keterampilan seperti 'lelucon' adalah
contoh yang baik.
6. Parafrase (mengulang/ menguraikan dengan kata lain)   biasanya lebih singkat dari apa yang klien katakan. Ada dua jenis parafrase yaitu kognitif dan afektif. Parafrase kognitif yang cukup umum dalam kehidupan sehari-hari contohnya  "Maksud anda bahwa ... “. Parafrase afektif merupakan hal yang  sama pentingnya , walaupun kurang umum. Parafrase ini umumnya  mereka mengambil sebuah pernyataan atau perasaan yang tersirat jelas dan mengembalikannya ke klien, misalnya saja "Anda benar-benar menikmati ... “.
Tujuan parafrase adalah untuk memeriksa bahwa mereka merasakan dan melihat hal-hal  dengan cara diatas dan  untuk mengundang eksplorasi lebih lanjut jika klien mengharapkan sesuatu, dan untuk menunjukkan Anda  agar mendengarkan dan tertarik kepadanya, daripada mengambil arah baru, menawarkan pendapat, mencoba untuk memecahkan masalah mereka. Parafrase juga tes praktik kehadiran. Sebuah aspek menarik dari parafrase adalah sulit untuk memalsukan parafrase agar klien mau mengatakan “ya, itu tepat, itulah  yang saya rasakan”,  dan memiliki pewawancara yang memahami itu juga. Itu lebih sulit dibanding pewawancara yang mengatakan “ya, saya tau apa yang Anda maksud “, atau” saya mengerti”.
Cara lain untuk melihat parafrase dan keterampilan lain dari mendengarkan aktif adalah dengan membandingkannya dengan respon jenis laindimana pada dasarnya, untuk mendefinisikan mereka secara negatif. Misalnya, bahwa seseorang mengatakan'saya merasa begitu tidak memadai', kemudian berikut ini adalah contoh tidak mendengar aktif:

1. Untuk bergerak cepat ke topik lain.
2. Untuk mengatakan 'omong kosong', atau 'Anda tidak benar-benar bermaksud seperti itu.
3. Untuk menawarkan nasihat misalnya  "jika saya adalah anda” dsb.
8. Diam. Pewawancara kadang-kadang takut keheningan dan buru-buru untuk mengisi kesenjangan. umumnya lebih terampil untuk menunggu, dan mencoba untuk menganalisis (dalam keheningan) alasan mengapa klien telah berhenti berbicara, misalnya: karena tidak ada lagi yang ingin mereka katakan tentang topik tertentu, untuk mengatur pikiran mereka, untuk mengingat sesuatu, karena mereka marah
Tahap 2.b : pemahaman
Tahap ini kemudian dimulai dengan salah satu masalah klien, salah satu yang relevan dengan keahlian pekerja sosial, yang diinginkan klien untuk bekerja padanya, dan mungkin dapat pekerjaan yang berguna. keterampilan wawancara dari tahap ini adalah harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. berempati lebih dalam
2. pengungkapan/keterbukaan diri sendiri
3. memberikan informasi
·         Penyingkapan Diri
Dengan semua kemampuan , self-disclosure mengatakan sesuatu tentang satu ' hidup atau negara sendiri curent digunakan ketika seemes mungkin untuk membantu klien
·         Memberikan Informasi
Bagi pewawancara, memberikan informasi adalah kemampuan tahap 2, karena klien sangat menyukai untuk menyetujui ataupun mempertimbangkan penyetujuan tersebut setelah tingkat 1 berhasil. Informasi yang diberikan harus bersangkut-paut. Sebuah logika yang dipergunakan untuk menawarkan nasihat, haruslah terlebih dahulu memiliki prinsip yang bagus dan kembangkan pikiran klien tentang solusi pertama yang sangat mungkin. Memberikan nasihat adalah hal yang tidak pantas saat keputusan besar yang akan dibuat.
Menggunakan Tahap 1 dan 2
Hanya sebagai sebuah keberhasilan tahap 1 tersebut cukup untuk beberapa klien untuk merespon secara lebih efektif untuk masalah , jadi langkah 2 adalah langkah yang cukup untuk orang lain. Untuk memberikan tekanan dari arti keberhasilan tahap 1 dan 2, keterampilan juga dapat dijelaskan dalam tiga kualitas personal : penerimaan, empati dan kesungguhan. Mereka berpikir , menjadi sangat penting dalam wawancara dan terapi dalam hubungan timbal-balik pada umumnya , dan dibahas di bawah berbagai macam nama. Keterampilan dalam tahap 1 dan tahap 2 menyampaikan tentang kualitas sebagai penegasan.
Penerimaan merupakan kombinasi dari menjaga perasaan dan pikiran anda sendiri dari jalan klien sampai mereka tampak sesuai , memeriksa yang anda semua pahami , dan membantu klien untuk mengeksplorasi lebih lanjut . Jadi, penerimaan itu bukanlah menilai , memuji , memaafkan atau mengkritik. Itu adalah mengakui perasaan, baik dinyatakan atau tersirat langsung, dan berfokus pada klien dari:
·         Masalah
·         aspek klien yang Anda temukan menarik atau relevan, atau
·         kemungkinan solusi.
Penerimaan adalah ide yang agak bagus tetapi bisa menjadi sulit untuk berkomunikasi. 2 poin yang dapat membantu adalah :
·         itu adalah keterampilan yang sangat kuat dimana dapat membantu seorang klien menjadi kurang tegang, terbuka dan lebih percaya diri.
·         Jika penglihatan dan reaksi klien tersebut berbeda dari anda, itu dapat menjadi menarik dan sangat membantu untuk si pewawancara. Sebagai contoh, menaikan tingkat kesadaran si klien.
Empati adalah memperlihatkan reaksi dari poin-poin apa saja yang sudah didapatkandari klien. Empati merupakan penerimaan tambahan. Hal yang harus diingat adalah bahwa persetujuan dengan klien itu tidak harus dinyatakan secara langsung.  1 cara dalam menyampaikan sebuah kekurangan dalam kesungguhan adalah dengan berlaku ke yang lain dengan 2 kualitas, yaitu :
·         Penerimaan
·         Empati
Cara lain yang lebih formal atau untuk menekankan peranannya misalnya pekerja sosial, pemuda yang cerdas, dan penolong. Penerimaan, empati dan kesungguhan adalah 3 tahap poin yang penting dalam model tersebut.

How I Found MY PASSION

Passion,  mungkin kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dalam berbagai seminar, training, diskusi, atau kuliah, banyak orang membicarakan passion. Kata passion sendiri sudah aku dengar sejak SMA, tapi saat itu aku baru memahami passion sebagai sesuatu yang kita minati. Just it. Yang aku tahu, passion itu ya sama seperti minat dan hobi, intinya adalah sesuatu yang kita sukai. Tapi ketika memasuki bangku kuliah, banyak sekali input tentang passion yang aku dapatkan. Dan semua itu benar-benar membuka pikiranku tentang passion.... Jadi setelah bebrapa pembahasan tentang passion, menurutku passion itu adalah sesuatu yang membuat kita terus-menerus bersemangat melakukannya sehingga kita bergerak dengan senang hati dan tanpa beban.
Setelah memahami passion, kemudian muncul pertanyaan besar dalam diri...PASSIONku APA? Kebingungan tentang passion diri sendiri ini sejujurnya membuatku sangat kepikiran...Di saat orang-orang sukses dan hebat sudah menemukan passion mereka masing-masing dan menentukan langkah-langkah tepat untuk meraih kesuksesan berdasarkan passion mereka, aku masih mencari-cari passionku apa. Ada yang bilang passion itu dibentuk, tapi ada yang bilang juga dicari...Keduanya aku setuju, passion itu bisa jadi dari sesuatu yang sudah kita kerjakan lama tapi kita tidak menyadarinya sebagai passion atau kita sengaja melakukan sesuatu terus-menerus agar menjadi kebiasaan kita.
Meskipun secara teoritis sudah tahu definisi passion, dan sudah membaca bermacam-macam tulisan tentang kisah orang sukses yang telah menemukan passion, tetap saja passionku belum bisa didefinisikan dengan jelas. Seringkali aku diminta menulis passion untuk formulir pendaftaran organisasi atau beasiswa, biasanya aku tulis kalau passionku adalah menulis dan public speaking. Tapi hal ini belum tentu sepenuhnya benar....Kalau passionku memang benar menulis, tentu karya tulis yang aku hasilkan sudah banyak, at least aku sering menulis di blog atau notes di FB. Kenyataannya? aku justru jarang sekali menulis notes, apalagi blog. Sekalinya membuat notes, itu adalah lirik-lirik lagu yang aku sukai. Bahkan teman-teman sejurusanku ada beberapa yang lebih rajin membuat tulisan di media dibandingkan aku. Blog inipun dibuat karena pada akhirnya aku malu pada diri sendiri yang tidak produktif menulis padahal mahasiswa dituntut untuk aktif, kreatif dan produktif.
Lalu,,,public speaking...itu memang bisa dikatakan lebih sesuai dengan kenyataan. Aku memang suka berkomunikasi dengan orang lain di depan umum, ditambah kebanyak lomba-lomba yang pernah aku ikuti adalah lomba-lomba yang berkaitan dengan keterampilan berbicara di depan umum, jadi aku merasa public speaking ini memang passionku.