Pemuda
Dulu dan Pemuda Sekarang :
Mempersiapkan
Pemuda Masa Depan dengan Kewirausahaan dalam Rangka Pengembangan Kapasitas
Individu
Oleh
Syadza Alifa
Mahasiswi
Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI
Bung
Karno pernah mengeluarkan sebuah kalimat bijak dalam pidatonya, “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari
akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Jika kita
amati seksama, secara eksplisit pidato tersebut menggambarkan betapa
kuatnya peran pemuda dalam pembangunan suatu bangsa. Saking kuatnya peran pemuda hingga Bung Karno mengatakan akan
mengguncangkan dunia. Mungkin kita akan bertanya kenapa bangsa sangat
membutuhkan pemuda? Bukankah ada generasi tua yang sudah mengenggam kejayaan?
Sesungguhnya bangsa yang maju bukan didorong oleh generasi tua yang dahulu
pernah berjaya, tetapi didorong oleh generasi muda yang kreatif dan pekerja
keras. Generasi tua memang berjasa dalam membangun bangsa, tetapi perjuangan
mereka perlu diteruskan oleh tangan dingin para pemuda.
Masalahnya,
pemuda masa kini dihadapi oleh tantangan yang lebih variatif dan menantang
dibandingkan pemuda zaman dahulu. Jika dahulu pemuda didorong untuk menjadi
pejuang untuk mempersatukan bangsa, mempertahankan kemerdekaan dan pembangunan
awal bangsa, sekarang pemuda lebih diarahkan sebagai aset pembangunan bangsa untuk
bersaing di era globalisasi sehingga mereka harus memiliki kualitas dan
kapasitas yang memenuhi standar pembangunan SDM secara global.
Untuk
membangun kapasitas individu terdapat empat perspektif manusia dalam
pembangunan yang dapat digunakan dalam membangun individu dan lebih luasnya
masyarakat. Pertama perpektif ekonomi yang memandang manusia sebagai faktor
produksi dalam pembangunan, sehingga manusia yang berkualitaslah yang akan
menjadi faktor produksi yang berharga. SDM diukur dari keterampilan dan
keahlian individu. Oleh karena itu, pendidikan menjadi penting, karena dengan
menyediakan sistem pendidikan yang memadai maka akan terbentuk manusia yang
berkualitas. Kedua yaitu perspektif nilai yang memandang manusia bekerja
berdasarkan nilai yang mereka miliki. Nilai ini membuat seseorang mau bekerja
keras karena mereka telah berkomitmen untuk bekerja keras dan menolak
kenikmatan materialistik untuk tujuan yang bersifat spiritual. Ketiga yaitu
perspektif psikologis, yang memandang bahwa manusia memiliki “the need of achievement” atau kebutuhan
untuk berprestasi. Artinya manusia bekerja keras bukan semata karena ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga karena adanya kepuasan batin. Dan yang
keempat yaitu perspektif lingkungan yang memandang bahwa manusia dimanipulasi
oleh lingkungan. Artinya lingkungan, melalui instrumen pendidikan, pengalaman
kerja, dan media massa, akan membentuk manusia agar menjadi manusia modern.
Perspektif
pembangunan diatas kemudian dijabarkan dalam bentuk strategi pengembangan
individu yang dikemukakan oleh Prof.James Midgley, yaitu : meningkatkan fungsi
dan kapasitas individu dalam relasi sosial, mendorong budaya/iklim usaha
(enterprise), dan mendorong keberadaan usaha kecil dan semangat kewirausahaan. Melihat
strategi yang dikemukakan Midgley, kewirausahaan memiliki peran penting dalam
pengembangan kapasitas individu. Dalam Buku “Transformasi Sumber Daya Manusia” karya Sudarwan
Damin, masyarakat atau lebih spesifik generasi muda masa depan yang diinginkan
adalah generasi muda yang memiliki jiwa kewiraswastaan yang mampu menciptakan
pekerjaan sendiri baik sebagai perintis maupun sebagai peniru kreatif generasi
muda wiraswastawan (Druker, 1985). Said Reksohadiprodjo (1976) mengemukakan
bahwa seorang wiraswasta adalah seorang usahawan yang disamping mampu berusaha
dalam ekonomi umumnya dan niaga khususnya secara tepat guna juga berwatak
merdeka lahir dan batin serta berbudi luhur. Disini terlihat jelas bahwa pemuda
harus memiliki kapasitas sebagai wirausahawan untuk mempersiapkan masa depan
bangsa.
Dalam buku “Transformasi Sumber Daya
Manusia” juga dibahas mengenai karakteristik wiraswasta yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan masa depan bangsa yang lebih baik. Wiraswasta terbagi menjadi
lima tipe pokok yaitu wiraswasta yang sok ‘captain of industry’, wiraswasta
sebagai orang bisnis, wiraswasta sebagai orang uang, wiraswasta sebagai social engineer, dan wiraswasta sebagai
manajer. Dari kelima tipe wiraswasta tersebut yang paling baik adalah tipe social engineering yaitu pengusaha yang
berusaha mengikat pekerjanya melalui berbagai karya sosial (welfare works). Mengapa
tipe ini yang terbaik? Karena tipe ini tidak hanya memikirkan keuntungan bagi
usahawan semata tetapi juga memikirkan bagaimana caranya agar dapat membangun
masyarakat melalui pemberdayaan melalui berbagai karya sosial.
Kewirausahaan memiliki banyak
manfaat bagi pelaku usaha dan orang-orang di sekitarnya. Dengan berwirausaha,
seorang pemuda akan mengembangkan kapasitas individunya agar mereka mampu
berwirausaha dengan baik. Kemudian efeknya bagi masyarakat adalah wirausaha
akan membuka lapangan kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran dan rakyat
miskin sekaligus memberdayakan masyarakat.
Dari keseluruhan pembahasan,diatas dapat
disimpulkan bahwa untuk mempersiapkan pemuda yang siap bersaing di ranah
global, hal yang harus diperhatikan adalah pembangunan kapasitas individu.
Pembangunan kapasitas individu, seperti yang telah dijelaskan diatas, yakni
melalui kewirausahaan. Kewirausahaan ini akan membantu pemuda untuk membangun kapasitas
dirinya dan memberdayakan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, mari kita
dorong pemuda-pemuda bangsa Indonesia untuk berwirausaha dan berkarya demi
kemajuan bangsa!