oleh
Syadza Alifa
Mahasiswi FISIP UI Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Umumnya
orang mendefinisikan permasalahan sosial sebagai masalah yang melibatkan banyak
orang dan memberikan efek pada kehidupan orang lainnya. Mengacu definisi umum
ini, maka ketika kita mendengar kata permasalahan sosial, yang terlintas adalah
pengemis, pengamen, anak-anak jalanan, WTS, banjir, dan lain-lain. Definisi
masalah sosial menurut ahli sosiologi, Prof. Dr. Paulus Tangindilintin, adalah
suatu kondisi yang dinyatakan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh
sebagian warga, yang sepakat bahwa suatu kegiatan bersama diperlukan untuk
mengubah kondisi itu. [1] Pada
umumnya, kemiskinan didefinisikan sebagai kekurangan uang. Namun, kemiskinan
sebenarnya dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu pendekatan absolut dan
pendekatan relatif. Kemiskinan dapat disebabkan oleh beberapa sebab,
diantaranya tingkat pengangguran yang tinggi, kecacatan fisik, kekurangan
skill, tingkat pendidikan yang rendah, diskriminasi ras, alkoholisme,
ketergantungan obat-obatan terlarang, dan lain-lain[2]. Pembangunan
dari teori masalah sosial dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang
didalamnya termasuk teori latarbelakang personal individu, keadaan sosial, politik, dan
ekonomi lazim selama periode sejarah tertentu.
[3]
Salah
satu contoh permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat adalah masalah
kemiskinan. Kemiskinan sangat erat dengan kesenjangan sosial dan stratifikasi
sosial karena sistem-sistem kesenjangan sosial menciptakan kemiskinan[4].
Mendengar kata kemiskinan akan terbayang sebuah kondisi dimana kekurangan bahan
makanan, tinggal di tempat kumuh, memakai baju yang kumal, mandi di bantaran
sungai, kondisi kesehatan yang buruk, dan lain-lain. Kemiskinan melahirkan
perilaku-perilaku tertentu yang turut menjadi permasalahan sosial. Contoh
perilaku miskin diantaranya pola hidup
yang kurang sehat dan kurang bersih, malas, dan tingkat religiusitas dan
kesadaran politik yang rendah. Pertama, pola hidup yang kurang sehat dan
kurang bersih dapat dilihat dari tempat tinggalnya, lingkungan tempat
tinggalnya, dan dari cara merawat tubuh. Hampir sebagian besar orang miskin
tidak terlalu peduli dengan kebersihan dan kesehatan. Buktinya, tempat tinggal
mereka berada di daerah yang secara ekologis kurang memenuhi syarat sebagai
tempat tinggal yang baik. Dalam rumah mereka, umumnya tidak terlalu rapi dan
bersih. Selain itu, mereka juga kurang merawat kesehatan tubuh. Mereka bisa
mandi dengan air empang, memakai baju yang sama berhari-hari, makan makanan
yang kurang bersih, dan lain-lain. Kedua, mereka sering diidentikkan dengan
sifat malas. Karena mereka umumnya tidak mau bekerja keras untuk kehidupannya.
Hal ini mungkin dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan mereka yang rendah dan
kemampuan mereka yang kurang sehingga mereka tidak berani bersaing dalam dunia
kerja. Ketiga yaitu tingkat religiusitas dan kesadaran politik yang rendah.
Tingkat religiusitas ini dapat dilihat dari tekunnya mereka dalam beribadah.
Umumnya mereka jarang melaksanakan ibadah, bahkan mungkin mendapatkan
pendidikan yang sangat kurang mengenai agama. Tetapi mereka sangat antusias
jika ada acara-acara besar agama yang didalamnya terdapat acara pembagian
sedekah/santunan bagi orang miskin. Sehingga banyak orang-orang yang terjerat
kasus kejahatan karena permasalaahan ekonomi sebagai akibat dari kurangnya
pemahaman agama. Kesadaran politik mereka juga rendah, bahkan ada yang menjadi
apolitis. Ini juga berkaitan dengan tingkat pendidikan mereka yang rendah.
Keseluruhan
contoh perilaku kemiskinan diatas memiliki hubungan satu dengan yang lain.
Pertama dari pola hidup yang kurang sehat menghasilkan kondisi fisik dan otak
yang kurang baik sehingga menyebabkan mereka malas bekerja. Karena mereka hanya
sedikit mengenyam pendidikan dan mendapatkan pengawasan akibatnya mereka
menjadi apolitis dan kurang taat menjalankan ibadah. Pada akhirnya, mereka
dalam kondisi yang terdesak karena masalah ekonomi memaksa diri mereka untuk
melakukan kejahatan demi mendapatkan uang secara cepat. Perilaku kemiskinan ini
membuktikan bahwa perlu adanya pembangunan sumber daya manusia yang baik untuk
mengurangi masalah-masalah sosial yang ditimbulkan dari perilaku kemiskinan.
Daftar Pustaka :
Tangindilintin,
Prof. Dr. Paulus. 2000. Materi Pokok Masalah-Masalah Sosial (Suatu Pendekatan
Analisis Sosiologis). Jakarta :
Universitas Terbuka.
Zastrow,
Charles. 2004. Introduction to Social Work and Social Welfare. United States of
America : Thomson.
Curran, Daniel
J, Claire M. Renzetti. 1987. Social Problems Society in Crisis. Massachusets :
Allyn and Bacon Inc.
Macionis,
John.J. 2008. Sociology.United States of America : Pearson International.
[1]
Prof. Dr. Paulus Tangindilintin, Materi Pokok Masalah-Masalah Sosial (Suatu
Pendekatan Analisis Sosiologis), 2000, Jakarta : Universitas Terbuka
[2]
Charles Zastrow, Introduction to Social Work and Social Welfare, hal.138
[3]
Daniel J. Curran and Claire M. Renzetti, Social Problems Society in Crisis,
1987, Massachusets, Allyn and Bacon Inc
[4]
John J.Macionis, Sociology, 2008, hal.291
Tidak ada komentar:
Posting Komentar