Indonesia dikenal sebagai Negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan
alam di daratan maupun di lautan yang terbentang luas dari Sabang hingga
Merauke merupakan sumber daya alam yang potensial untuk dimanfaatkan bagi
kemakmuran bangsa. Namun sayangnya tidak seluruh penduduk Indonesia merasakan kekayaan
alam Indonesia, bahkan ada golongan masyarakat yang paling terpinggirkan. Menurut
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, penduduk miskin di indonesia
mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen % di antaranya adalah masyarakat yang
hidup di kawasan pesisir dan pedesaan. Lebih dari 22 persen dari seluruh
penduduk Indonesia justru berada di bawah garis kemiskinan dan selama ini
menjadi golongan yang paling terpinggirkan karena kebijakan dalam pembangunan
yang lebih mengarah kepada daratan. Menurut Prof Purbayu, pakar ekonomi
pembangunan, kekayaan alam Indonesia menduduki peringkat atas. Namun ironisnya
kelimpahan dan kekayaan itu tidak membawa kesejahteraan rakyat, khususnya
nelayan. Kondisi kemiskinan semakin hari semakin bertambah, terutama nelayan di
pesisir pantai. Prof. Herman Soewardi, Para pakar ekonomi sumberdaya melihat
kemiskinan masyarakat pesisir, khususnya nelayan lebih banyak disebabkan karena
faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait karakteristik sumberdaya serta
teknologi yang digunakan. Faktor-faktor yang dimaksud membuat sehingga nelayan
tetap dalam kemiskinannya.
Kemiskinan
di komunitas nelayan masuk dalam kategori kemiskinan kultural dan kemiskinan
struktural. Panayotou (1982) mengatakan bahwa nelayan tetap mau tinggal dalam
kemiskinan karena kehendaknya untuk menjalani kehidupan itu (preference for a particular way of life).
Pendapat Panayotou (1982) ini dikalimatkan oleh Subade dan Abdullah (1993)
dengan menekankan bahwa nelayan lebih senang memiliki kepuasaan hidup yang bisa
diperolehnya dari menangkap ikan dan bukan berlaku sebagai pelaku yang
semata-mata beorientasi pada peningkatan pendapatan. Kemiskinan karena preference for a particular way of life ini
disebut kemiskinan kultural.
SementaraKemiskinan
struktural adalah kemiskinan yang diderita suatu golongan masyarakat, karena
struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber
pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Secara teoritis, kemiskinan struktural
dapat diartikan sebagai suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat
yang penyebab utamanya bersumber, dan oleh karena itu dapat dicari pada
struktur sosial yang berlaku adalah sedemikian rupa keadaannya, sehingga mereka
yang termasuk ke dalam golongan miskin tampak tidak berdaya untuk mengubah
nasibnya dan tidak mampu memperbaiki hidupnya. Struktur sosial yang berlaku
telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka untuk maju. Umpamanya
kelemahan ekonomi tidak memungkinkan mereka untuk memperoleh pendidikan yang
berarti agar bisa melepaskan diri dari kemelaratan. Struktur lainnya yang
menyebabkan kemiskinan yaitu tingkat pendidikan, program pemerintah yang tidak
ramah neayan, kondisi alam, pola hidup ne. Inti dari masalah yang berhubungan
dengan kemiskinan sebenarnya terletak pada apa yang dise but dengan deprivation
trap atau perangkap kemiskinan. Secara rinci, deprivation trap terdiri
dari lima unsur: (1) kemiskinan itu sendiri; (2) kelemahan fisik; (3) keterasingan
atau kadar isolasi; (4) kerentanan; dan (5) ketidakberdayaan. Kelima unsur ini
seringkali saling berkait satu dengan yang lain sehingga merupakan perangkap
kemiskinan yang benar - benar berbahaya dan mematikan peluang hidup orang atau
keluarga miskin.[1]
Daftar
Pustaka :
http://www.ppnsi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=116:akar-kemiskinan-nelayan-indonesia&catid=29:perikanan-a-kelautan&Itemid=116
diakses tanggal 14 Oktober 2012 pukul 20.45
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Tekanan%20Kemiskinan%20Struktural.pdf
diakses tanggal 14 Oktober 2012 pukul 20.51
[1]http://www.ppnsi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=116:akar-kemiskinan-nelayan-indonesia&catid=29:perikanan-a-kelautan&Itemid=116
diakses tanggal 14 Oktober 2012 pukul 20.45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar